Friday, January 29, 2016

Masalah pada Proses Menyusui dan Cara Mengatasinya

Menyusui merupakan aktivitas yang sangat penting bagi ibu maupun bayinya. Dalam proses menyusui, terjadi hubungan yang erat antara ibu dan anak. Seorang ibu, tentu ingin dapat melaksanakan aktivitas menyusui dengan nyaman dan lancar. Sehingga bayi dapat memperoleh Asi sebagai makanan pokok bayi sampai bayi berumur 6 bulan.

Air Susu Ibu (ASI) sangatlah penting untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi karena  ASI memiliki banyak kandungan gizi di dalamnya sehingga dapat membuat bayi memperoleh banyak asupan yang sesuai jika dibandingkan dengan meminum susu formula buatan pabrik-pabrik. Yang tepat dan benar adalah ibu menyusui bayinya dilakukan sejak pertama kali kelahiran bayi terjadi yaitu melalui Inisiasi Menyusui Dini (IMD) sampai usia bayi mencapai 2 tahun.

Seringkali muncul kegagalan dalam proses menyusui yang disebabkan karena timbulnya beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun pada bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham masalah ini, kegagalan menyusui sering dianggap masalah pada anak saja. Sebenarnya, masalah dari ibu yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak masa kehamilan, pasca persalinan dini dan lanjut.

Terdapat beberapa permasalahan dalam ibu menyusui yang harus diketahui dan bagaimana solusinya, agar tidak menjadi penyebab kegagalan dalam menyusui ASI, berikut  masalah serta solusinya pada ibu menyusui adalah :

1. Nipple confusion pada bayi

Masalahnya :

Masalah yang satu ini sering kali kurang diketahui ibu. Nipple confusion atau bingung puting bisa terjadi pada bayi yang di beri susu dengan menggunakan dot. ketika bayi sudah mengenai dot lalu di susui juga oleh ibunya maka bayi bisa mengalami kebingungan. Mekanisme menyusu dari botol dan dari puting ibu jelas berbeda. Sewaktu menyusu pada puting hampir semua bagian mulut bayi ikut bekerja, otot-otot pipi,gusi,langit-langit dan lidah bekerja sama ketika bayi mengisap puting. Sedangkan jika menyusu dengan botol, karena dot memiliki lubang maka susu bisa keluar tanpa banyak usaha. Keadaan yang berbeda ini menyebabkan bayi biasa lebih memilih menyusu dari botol. Keadaan ini tentunya kurang baik bagi masa menyusui.

Solusinya :

Untuk mengatasi hal-hal yang bisa mencegah terjadinya bingung putting, perlu dilakukan langkah-langkah: ibu harus mengusahakan agar bayi hanya menyusu pada ibu saja adan sebaiknya jangan mengenalkan dulu bayi anda dengan dot pada masa-masa awal hidupnya setidaknya sampai bayi berumur 4 sampai 6 bulan., ibu harus menerapkan cara menyusui yang benar, ibu sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal (sesuka bayi), ibu perlu lebih sabar dan lebih telaten ketika menyusui bayi, sebaiknya ibu melaksanakan perawatan payudara setelah melahirkan secara sistemik dan teratur

2.    Kurang / salah informasi

Masalahnya :

Pemahaman ibu bahwa susu formula itu sama baiknya atau malah lebih baik dari ASI sehingga cepat menambah susu formula bila merasa bahwa ASI kurang. Petugas kesehatan pun masih banyak yang tidak memberikan informasi pada saat pemeriksaan kehamilan atau saat memulangkan bayi.

Beberapa contoh kurang / salah informasi adalah, pertama, banyak petugas kesehatan yang tidak mengetahui bahwa bayi pada minggu-minggu pertama defekasinya encer dan sering, sehingga dikatakan bayi menderita diare dan sering kali petugas kesehatan menyuruh menghentikan menyusui. Padahal sifat defekasi bayi yang mendapat kolostrum memang demikian karena kolostrum bersifat sebagai laksans.

Kedua, ASI belum keluar pada hari pertama sehingga bayi dianggap perlu diberikan minuman lain, padahal bayi yang baru lahir cukup bulan dan sehat mempunyai persediaan kalori dan cairan yang dapat mempertahankannya tanpa minuman selama beberapa hari. Disamping itu, pemberian minuman sebelum ASI keluar akan memperlambat pengeluaran ASI oleh bayi menjadi kenyang dan malas menyusui.

Dan contoh ketiga tentang salah informasi adalah karena payudara berukuran kecil dianggap kurang menghasilkan ASI padahal ukuran payudara tidak menentukan apakah produksi ASI cukup atau kurang karena ukuran ditentukan oleh banyaknya lemak pada payudara sedangkan kelenjar penghasil ASI sama banyaknya walaupun payudara kecil dan produksi ASI dapat tetap mencukupi apabila manajemen laktasi dilaksanakan dengan baik dan benar.

Solusinya :

Petugas kesehatan harus memberikan informasi yang benar dan  tetap kepada ibu disaat pemeriksaan kehamilan, proses dan pasca persalinan, serta selama ibu menyusui. Informasi yang perlu diberikan kepada ibu hamil/menyusui antara lain meliputi fisiologi laktasi, keuntungan pemberian ASI, keuntungan rawat gabung, cara menyusui yang baik dan benar,kerugian pemberian susu formula dan menunda pemberian makanan lainnya selama 6 bulan (diistilahkan dengan ASI Eksklusif).

3.    Puting susu ibu yang  datar atau terbenam

Masalahnya :

Puting susu datar yaitu, apabila areola dijepit antara jari telunjuk dan ibu jari di belakang puting, puting yang normal akan menonjol keluar, bila tidak, berarti puting datar. Ketika menyusui puting menjadi lebih tegang dan menonjol karena otot polos puting berkontraksi. Meskipun demikian, pada keadaan puting datar akan tetap sulit ditangkap/diisap oleh mulut bayi.

Puting susu terpendam (tertarik ke dalam) yaitu, jika sebagian atau seluruh puting susu tampak terpendam atau masuk ke dalam areola, atau tertarik ke dalam. Hal ini karena ada sesuatu di bawahnya yang menarik puting ke dalam, misalnya tumor atau penyempitan saluran susu. Kelainan puting tersebut seharusnya sudah dapat diketahui sejak hamil atau sebelumnya, sehingga dapat diperbaiki dengan meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu jari di daerah payudara, kemudian dilakukan pengurutan menuju ke arah berlawanan. Perlu diketahui, tidak semua kelainan tersebut dapat dikoreksi dengan cara tersebut. Untuk itu, ibu menyusui dianjurkan untuk mengeluarkan ASI-nya dengan manual (tangan) atau pompa, kemudian diberikan pada bayi dengan sendok/pipet/gelas.

Solusinya :

Yang paling efisien untuk memperbaiki keadaan ini adalah isapan langsung bayi yang kuat. Maka sebaiknya tidak dilakukan apa-apa, tunggu saja sampai bayi lahir, segera setelah pascalahir lakukan skin-to-skin kontak dan biarkan bayi mengisap sedini mungkin, biarkan bayi “mencari” putting ibunya dan kemudian mengisapnya, dan bila perlu coba berbagai posisi untuk mendapat keadaan yang paling menguntungkan.

Ibu merangsang putingnya biar dapat “keluar” sebelum bayi “mengambil”nya. Apabila puting benar-benar tidak bisa muncul, dapat “ditarik” dengan pompa putting susu (nipple puller), atau yang paling sederhana dengan sedotan spuit yang dipakai terbalik. Jika tetap mengalami kesulitan, usahakan agar bayi tetap disusui dengan sedikit penekanan pada areola mammae dengan jari sehingga terbentuk dot ketika memasukkan puting susu ke dalam mulut bayi.

4.    Puting susu ibu lecet

Masalahnya :

Pada puting susu ibu lecet, seringkali seorang ibu menghentikan menyusui karena putingnya sakit. Penyebab dari puting susu ibu lecet diantaranya adalah posisi dan pelekatan yang salah, melepaskan penghisapan bayi salah, membersihkan putting dengan sabun/alkohol dan bayi dengan tongue tie

Solusinya :

Yang perlu dilakukan adalah cek bagaimana perlekatan ibu-bayi dan apakah terdapat infeksi Candida (mulut bayi perlu dilihat), kulit merah, berkilat, kadang gatal, terasa sakit yang menetap dan kulit kering bersisik (flaky).

Pada keadaan puting susu lecet, yang kadang kala retak-retak atau luka, maka dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Ibu terus memberikan ASI nya pada keadaan luka tidak begitu sakit.
Olesi puting susu dengan ASI akhir (hind milk), jangan sekali-sekali memberikan obat lain, seperti krim, salep, dan lain-lain.
Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih1x24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2×24 jam. Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan,dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri. ASI berikan pada bayi dengan menggunakan sendok.
Cuci payudara sekali saja sehari dengan air mengalir atau air hangat dan tidak dibenarkan untuk menggunakan sabun / alkohol karena akan merangsang iritasi.                                                                              

5. Payudara bengkak

Masalahnya :

Dibedakan antara payudara penuh karena berisi ASI dengan payudara bengkak. Pada payudara penuh;  rasa berat pada payudara, panas dan keras. Bila diperiksa ASI keluar, dan tidak ada demam. Pada payudara bengkak; payudara udem, sakit, puting kencang,kulit mengkilat walau tidak merah, dan bila diperiksa/isap ASI tidak keluar. Badan bisa demam setelah 24 jam. Hal ini terjadi karena antara lain produksi ASI meningkat, terlambat menyusukan dini, perlekatan kurang baik, mungkin kurang sering ASI dikeluarkan dan mungkin juga ada pembatasan waktu menyusui.

Solusinya :

Untuk mencegahnya diperlukan menyusui dini, perlekatan yang baik dan menyusui “on demand”/bayi harus lebih sering disusui. Apabila terlalu tegang, atau bayi tidak dapat menyusui sebaiknya ASI dikeluarkan dahulu, agar ketegangan menurun.

Dan untuk merangsang Reflex Oxytocin maka dilakukan kompres panas untuk mengurangi rasa sakit. Ibu harus dalam kondisi rileks, lakukan pijat leher dan punggung belakang (sejajar daerah payudara). Lakukan pijat ringan pada payudara yang bengkak (pijat pelan-pelan ke arah tengah) serta stimulasi payudara dan puting. Selanjutnya kompres dingin pasca menyusui, untuk mengurangi bengkak. Pakailah bra yang sesuai dan bila terlalu sakit dapat diberikan obat analgetik sesuai dengan anjuran dokter.

6 . Mastitis atau abses payudara

Masalahnya :

Mastitis adalah peradangan pada payudara akibat terjadinya penumpukan ASI di payudara dan merupakan tahap lanjut dari pembengkakan payudara. Payudara menjadi merah, bengkak kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat. Di dalam terasa ada masa padat (lump), dan diluarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut. Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI diisap/dikeluarkan atau pengisapan yang tak efektif. Dapat juga karena kebiasaan menekan payudara dengan jari atau karena tekanan baju/ bra. Pengeluaran ASI yang kurang baik pada payudara yang besar, terutama pada bagian bawah payudara yang menggantung.

Ada dua jenis Mastitis yaitu, yang hanya karena milk stasis adalah Non Infective Mastitis dan yang telah terinfeksi bakteri disebut Infective Mastitis. Lecet pada puting dan trauma pada kulit juga dapat mengundang infeksi bakteri.

Solusinya :

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan yaitu kompres hangat/panas dan pemijatan, Rangsang Oxtocin yang dimulai pada payudara yang tidak sakit, yaitu stimulasi puting, lakukan pijat leher-punggung, dan lain-lain.

Pemberian antibiotik selama 7-10 hari dari dokter bila dianggap perlu. Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk penghilang rasa nyeri. Kalau sudah terjadi abses sebaiknya payudara yang sakit tidak boleh disusukan karena mungkin memerlukan tindakan bedah.

7. Sindrom ASI kurang

Masalahnya :

Kita sering kali mendengar ada ibu yang tidak menyusui bayinya atau hanya menyusui bayinya sebentar pada bulan ke satu atau ke dua setelah kelahiran karena alasan ASI yang tidak keluar atau kurang.

Sering kenyataannya ASI tidak benar-benar kurang. Tanda-tanda yang “mungkin saja” ASI benar kurang antara lain :

bayi tidak puas setiap setelah menyusui, sering kali menyusui, menyusui dengan waktu yang sangat lama. Tapi juga terkadang bayi lebih cepat menyusui. Disangka produksinya berkurang padahal dikarenakan bayi telah pandai menyusui.
Bayi sering menangis atau bayi menolak menyusui.
Tinja bayi keras, kering atau berwarna hijau.
Payudara tidak membesar selama kehamilan (keadaan yang jarang), atau ASI tidak “datang”, pasca lahir.
Walaupun ada tanda-tanda tersebut perlu diperiksa apakah tanda-tanda tersebut dapat dipercaya.

Tanda bahwa ASI benar-benar kurang yang perlu diperhatikan adalah :

1. BB (berat badan) bayi meningkat kurang dari rata-rata 500 gram per bulan.
2. BB lahir dalam waktu 2 minggu belum kembali.
3. Ngompol rata-rata kurang dari 6 kali dalam 24 jam.
4. Cairan urin pekat, bau dan warna kuning.

Solusinya :

Cara mengatasinya disesuaikan dengan penyebab, terutama dicari pada ke 4 kelompok faktor penyebab yang sering ditemukan, yaitu :

1. Faktor teknik menyusui, keadaan ini yang paling sering dijumpai, antara lain masalah frekuensi,         perlekatan dan penggunaan dot/botol.
2. Faktor psikologis, juga sering terjadi
3. Faktor fisik ibu (jarang), antara lain penggunaan  KB kontrasepsi, hamil, merokok, dan kurang           gizi.
4. Faktor kondisi bayi (sangat jarang), seperti penyakit dan abnormalitas.

Ibu dan bayi dapat saling membantu agar produksi ASI meningkat dan bayi terus memberikan isapan efektifnya. Pada keadaan-keadaan tertentu dimana produksi ASI memang tidak memadai maka perlu upaya yang lebih, misalnya pada relaktasi, maka bila perlu dapat dilakukan pemberian ASI dengan suplementer yaitu dengan pipa nasogastrik atau pipa halus lainnya yang ditempelkan pada puting susu ibu untuk diisap bayi dan ujung lainnya dihubungkan dengan ASI atau formula.

0 comments:

Post a Comment